Oh, Both Sides Now...

Hari itu aku tiba saat gelap sudah turun. Berjalan aku menyusuri gang rumah dengan perasaan yang gak karuan. Ikut pusing aku memikirkan jalan keluarnya, padahal itu bukan masalahku. Ini masalah yang sedang dialami oleh teman dekatku, dan aku sangat iba. Sepanjang jalan pulang dari kantor di dalam bus, aku menerima telepon darinya untuk mendengarkan segala keluh kesahnya. Aku yang menawarkan diri untuk mendengarkan karena kutahu dia butuh itu.


Berjalan kaki sambil menunduk dan mereka-reka apa yang bisa dia lakukan, begitu hampir sampai di pagar rumah, kutegakkan kepalaku dan terpukau melihat sesosok laki-laki yang sedang berdiri di situ. Ya, suamiku! Entah mengapa melihatnya berdiri magrib itu sangat memukaukanku. Tumben, berarti dia sedang menungguku pulang, dong!


"Eh, botak! Lagi ngapain?" sapaku sambil agak tertawa gak jelas.

"Nungguin kamulah! Anak-anak pada tidur," jawabnya.

Seringnya kalau aku pulang, dia sedang sibuk bersama ternaknya: ikan-ikan guppy dan endler. Entah itu lagi memisahkan anak ikan yang baru terlahir, menguras wadah, pokoknya kesibukannya dia sebagai farmer, deh! Tapi, mungkin karena anak-anak sedang tidur, jadi dia mantengi aku pulang.


Masuklah aku ke rumah dan mendapati anak-anak sedang terlelap yang bagiku seperti dua buah hp yang sedang di-charge. Sekitar sejaman lagi juga mereka akan bangun ketika merasa energi sudah kembali terisi untuk kemudian beraktivitas layaknya berada di play ground hingga lewat tengah malam. Sudah begitu ritme mereka selama dua minggu terakhir, bikin orang tuanya tepar.


Kulihat hp-ku, ternyata ada chat dari suamiku sore tadi bertanya tentang aku sudah ada di mana. Setelah berganti baju, lalu cuci kaki dan tangan, sebelum Salat Magrib kusempatkan diri mengobrol dengannya di bangku beranda sambil ngemil lontong yang kubawa dari kantor.


"Ternyata benar, Yay, komunikasi itu adalah yang terpenting di antara suami dan istri," ujarku membuka perbincangan yang sedikit membahas tentang masalah temanku itu. "Sekarang aku ikut bingung, dia harus bagaimana, ya?" kataku menutup cerita.


Kutinggalkan dia setelah berbincang lumayan panjang untuk mengambil wudu. Kusadari, lampu ruangan diganti; masih warna kuning, tapi yang ini lebih redup, membuat suasana menjadi lebih hangat. Musik yang disetel suamiku dari tadi itu adalah instrumen lagu Both Sides Now dengan aransemen yang baru kudengar. Ada piano, nada yang jazzy. Paginya kulihat itu adalah permainan Pat Coil feat. Danny Gottlieb & Jacob Jezioro. Lagu yang pernah dinyanyikan Joni Mitchell ini adalah favoritku. Liriknya sangat menyayat hati dan mencerminkan misteri kehidupan...


I've looked at love from both sides now
From give and take and still somehow
It's love's illusions that I recall
I really don't know love
Really don't know love at all
Tears and fears and feeling proud
To say, "I love you" right out loud
Dreams and schemes and circus crowds
I've looked at life that way
Oh, but now old friends they're acting strange
And they shake their heads and they tell me that I've changed
Well something's lost, but something's gained
In living every day
I've looked at life from both sides now
From win and lose and still somehow
It's life's illusions I recall
I really don't know life at all



Usai wudu aku becermin di kaca yang tidak besar. Baru dua hari yang lalu rasanya aku misuh-misuh sama keadaan. Tapi, aku sadar kalau sedang marah, dan aku berdoa sama Tuhan: semoga kemarahan ini memberi energi lebih untukku bekerja dengan giat dan fokus, menyelesaikan semua tugas-tugasku (Seperti kita tahu, energi kemarahan itu, kan, besar. Kalau dikelola dan disalurkan dengan tepat, kemungkinan bisa membuat kita menjadi produktif. Aku sudah mencoba melakukannya beberapa kali dan hasilnya lumayan.). Tapi, tak butuh waktu lama, rasa marahku segera dipatahkan oleh Sang Pemberi Rasa, kemudian digantikan oleh jawaban-jawaban dari pertanyaan yang kuajukan pada-Nya hingga Dia membawaku kepada wajahku sendiri di cermin malam ini. 


Terima kasih, Tuhan. Aku tak tahu apa yang harus kukatakan lagi pada hidup ini selain rasa terima kasihku. Tuhan bahkan harus memberiku cerita tentang teman yang sedang mengalami masalah rumah tangga untukku bisa melihat kebahagiaan yang ada pada rumah tanggaku sendiri. Aku kemudian menangis karena merasa sangat dicintai...


Komunikasi adalah kunci untuk mengurai semua kepelikan ini. Komunikasi pada diri sendiri, pasangan, keluarga, teman, apa pun, berkomunikasilah! Daun-daun pun bisa mendengar kita, hujan, serangga, bahkan musik Both Sides Now-nya Pat Coil yang diputar berulang-ulang di rumah malam itu sedang berkomunikasi padaku tentang ilusi yang ada di dunia ini. 

Bahkan, jika cinta pun hanya ilusi, imajinasikanlah yang baik-baik, yang indah-indah karena imajinasi tentang kebaikan dan keindahan cinta adalah kekuatan yang akan menuntun langkah kita agar tidak tersesat di dunia yang penuh ilusi ini. 


Aku sedih sekali jika ada pasangan suami istri yang mengalami gagal komunikasi, tidak bisa saling berbagi cerita, seperti teman dekatku ini hingga bertahun-tahun lamanya dan menimbulkan dampak yang sangat buruk. Sebabnya, pasangan adalah orang terdekat kita, teman hidup yang berjalan bersama kita di dunia ini sampai kita kembali kepada-Nya. Ini juga seperti yang dialami Mama dan ibu mertuaku ketika mereka masih berumah tangga dengan ayahku dan ayah mertuaku dahulu--hingga membuat mereka akhirnya bercerai. Aku tidak bisa membayangkan jika itu terjadi padaku. Rasanya pasti sedih, sakit, kosong, dan hampa... 


Karena itu, untuk semua ini, aku berterima kasih sekali kepada suamiku karena telah selalu mendengarkan Dia, menyimak betul apa yang diinginkan-Nya, mengungkapkannya kepadaku, dan sama-sama bersabar atas proses yang sedang kita jalani ini. Kita tetap terus bercerita, ya... karena masih banyak yang harus Dia ungkap! Terima kasih telah berdiri menungguku pulang di pagar rumah tadi... 💙     


0 comments: