Dahsyatnya Skizofrenia (Seputar Nash dan Sedikit Cerita)


Seminggu yang lalu saya disibukkan dengan membaca Nash. Setiap sore sepulang kerja hingga malam hari dan tertidur dengan sendiri, buku setebal 625 hlm. itu akhirnya saya rampungkan juga.
A Beautiful Mind : Kisah Hidup Seorang Genius Penderita Sakit Jiwa yang Meraih Hadiah Nobel  adalah biografi yang ditulis oleh Sylvia Nasar untuk John Nash, seorang matematikawan genius yang menemukan Teori Permainan yang penerapannya terdapat dalam bidang ekonomi. Berkat penemuannya di tahun 1950-an inilah ia kemudian meraih hadiah Nobel Ekonomi pada tahun 1994 bersama dua orang cendekiawan lainnya.


A Beautiful Mind of Nash
Sampul bukunya.
Biografi yang ditulis tahun 1998 ini konon mendasari dibuatnya film "A Beautiful Mind" pada tahun 2001 dengan aktor Russel Crowe  sebagai pemeran Nash. Saya sendiri lebih dahulu menonton filmnya sebelum kemudian menemukan buku yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia pada tahun 2005 ini di Gramedia pada sekitar setahun yang lalu di tumpukan buku-buku diskon Gramedia. Untuk buku setebal itu, saya membelinya dengan harga 25.000 saja. Cuci gudang.


Baik buku maupun filmnya sama-sama meraih penghargaan. Pada tahun 1998, buku A Beautiful Mind meraih National Book Critics Circle Award untuk biografi. Filmnya pada tahun  2001 memenangkan 4 Academy Awards, salah satunya Sutradara Terbaik. Kekuatan ceritanya terlebih karena ia berdasarkan kisah nyata seorang genius yang terkena skizofrenia, membuat kisah Nash dengan sendirinya menarik, memukau, dan membuat karya-karya tentang matematikawan ini layak untuk mendapatkan penghargaan. Bukan sekadar untuk menghargai, tapi kisah hidup Nash memang indah sekali, ajaib, menakjubkan, sekaligus tragis. Seminggu itu saya gak bisa berhenti untuk membacanya. Saya ingin cepat-cepat menuntaskannya. Ingin tahu sekali nasib Nash.
Jauh dari kontak dengan beberapa orang yang sangat khusus membuat aku seperti tersesat, tak tahu arah... maka, dalam banyak hal hidup ini terasa berat sekali. --John Forbes Nash, Jr., 1965 (A Beautiful Mind: 2005, hlm. 236)
Nash mengalami delusi di tahun-tahun keemasannya, di usia yang sangat muda, yaitu sekitar 30 tahun. Ia telah menikah dengan Alicia Nash dan pernah punya perempuan simpanan (Eleanor namanya) yang melahirkan anak laki-laki untuknya. Alicia sendiri ketika itu sedang hamil. Konon, delusi Nash dipicu oleh kehamilan istrinya, juga ambisinya dalam memecahkan Hipotesis Riemann yang menjadi momok bagi para matematikawan, selain pengalaman hidup lainnya yang penuh ketertekanan (ketakutannya mengikuti wajib militer, suasana politik dan perang, pola asuh keluarga, faktor genetis, dll). Ketika delusinya semakin parah, Alicia "menjebloskannya" ke rumah sakit jiwa. Nash mengidap paranoid skizofrenia.


Perjalanan skizofrenia Nash begitu memilukan, bukan hanya bagi Nash, Alicia, keluarga Nash, atau orang-orang di sekitar mereka, melainkan pula bagi pembaca buku biografi tentangnya, seperti saya. Sylvia Nasar menceritakan segala sesuatunya secara detail. Dibuka dengan cerita tentang keluarga Nash, awal kuliahnya di Princeton, karakter Nash yang nyentrik, genius, ambisinya untuk selalu unggul, perkenalannya dengan Eleanor, masa-masa keemasannya, teori yang dia buat, pernikahannya, penyakitnya, terapi insulin, terapi kejut, kesembuhannya, hingga ia memenangkan hadiah Nobel--semua dituliskan secara detail, sangat detail dan akurat. Biografi ini penuh dengan kutipan-kutipan hasil wawancara dari orang-orang di masa hidup Nash: adiknya, pengajar di Princeton, MIT, istri temannya, teman Alicia, para psikiater, mahasiswa yang pernah mengenal Nash--tulisan ini penuh dengan kesan orang-orang itu terhadap Nash. Dilengkapi pula dengan foto-foto Nash bersama orang-orang dalam kehidupannya. Biografi ini lengkap dan akurat. Jelas sekali menggambarkan Nash dan bagaimana dia berpikir saat itu, bagaimana Nash melihat penyakitnya saat itu.


Saya terpukau sebab kisah Nash--dengan skizofrenianya yang hampir sembuh total setelah selama 30 tahun menggerogoti jiwanya--merupakan kasus langka. Dia matematikawan yang genius, bahkan di rentang masa sakitnya, Nash masih mampu membuat makalah-makalah dari penelitian (salah satunya ditulis dalam bahasa Perancis yang dipelajarinya semasa sakit!), berceramah, dan menghadiri seminar matematika. Dia seperti hidup di alam bawah sadarnya selama ini, tanpa ruang dan waktu. Dia tidak benar-benar menapak, tapi jiwanya telah "diisi" oleh kekuatan lain yang membuatnya bertahan. Dia menjadi tampak "normal" atau bahkan aneh sekali. Tapi, jelas, dia karya-Nya yang mengagumkan. Paling tidak, saya menilainya demikian.


Mengikuti kisah Nash, seperti menyelami kerja alam terhadap seorang anak manusia.
Nash tua.


Sedikit Cerita tentang Skizofrenia
        Teruntuk Alicia Esther Larde Nash
Sebuah lomba, dan sebuah kemenangan lagi.
Syukur atas hati nurani yang kita miliki,
Syukur atas kelembutan, keriangan, dan ketakutan yang ditimbulkannya,
Apalah kejahatan sekuntum bunga
Selain diam menunggu mati tanpa ada yang menangisi
        --William Wordsworth,
        "Intimations of Immortality"


Itu adalah semacam sajak yang tertulis di halaman depan buku biografi Nash, teruntuk Alicia. Kesembuhan Nash, banyak yang mengkaji, adalah akibat kebesaran hati Alicia untuk menerima Nash kembali (mereka sempat bercerai). Dia kemudian merawat Nash, memenuhi kebutuhannya, mengasihi, menemani, bahkan mungkin hingga hari ini karena tidak ada informasi yang menerangkan Alicia telah meninggal. Nash sendiri usianya kini 83 tahun. Alicia sangat mencintainya. Dia sanggup menderita untuk mencintai Nash. Sekadar informasi, anak laki-laki mereka, mengidap skizofrenia juga.
Nash dan istri.
Kesembuhan (baca: kenormalan) seorang skizofren banyak dipengaruhi oleh dukungan dan kasih sayang orang-orang di sekitar. Konon, penderita penyakit ini ada sebanyak 1% dari jumlah penduduk dunia (baca tentang skizofrenia). Saya hampir selalu tertarik dengan keadaan-keadaan semacam ini. Entah kenapa, mungkin karena melihat kenyataan betapa kompleksnya jiwa manusia itu dan delusi atau halusinasi bisa menghinggapi siapa pun. Siapa saja, bisa saja, berpotensi menderita skizofrenia. Secara alami, ketika stresor sedang tinggi, kita juga bisa merasa cemas atau sedikit menjadi paranoid. Tapi, mungkin itu masih wajar.


Cerita-cerita pendek yang saya buat di awal-awal saya menulis, kecenderungannya berkisah tentang jiwa manusia, hal-hal yang tampak abnormal dalam diri seseorang. Satu cerpen bahkan bertemakan skizofrenia, dimuat majalah kampus ketika itu (tahun 2004). Jadi, secara kronologis, saya mengenal "makhluk" yang satu ini sejak delapan tahun silam. Maka, tak berlebihan, jika saya sangat menyukai kisah Nash.


Skizofrenia itu dahsyat. Film "Black Swan" (2010) yang berhasil mendapatkan Academy Award untuk Aktris Terbaik, yaitu Natalie Portman sebagai pemeran utamanya, juga setidaknya bercerita tentang seorang pengidap delusi. Film yang sangat menarik sekaligus mencekam. Cerita yang lebih segar dan bernuansa fiksi-komedi, Midnight in Paris (2011), saya pikir juga mengusung tema yang setidaknya hampir sedikit sama, yaitu tentang orang-orang yang mengalami delusi. Owen Wilson (seolah) bertemu dengan tokoh-tokoh legendaris pada tiap tengah malam di kota Paris. Ia punya kehidupan yang jauh lebih hidup bersama mereka, bahkan ia jatuh cinta. Cerita yang manis dan "aneh". Academy Award juga menganugrahkan Skenario Terbaik untuk film itu. Tema-tema semacam ini, kenyataannya, sangat menarik, bisa menjadi indah, misterius, sekaligus mencekam. Masih banyak yang belum mengeskplorasi, dan tentu masih mendalam hal-hal menarik yang bisa diangkat dari sana, sedalam jiwa manusia itu sendiri.


Saya masih tertarik dengan semua itu, ide tentang skizofrenia, gagasan seputar alam bawah sadar manusia. Saya selalu tertarik. Banyak yang bisa dipelajari dari sana. Film-film, bacaan, sekadar fiksi atau berdasarkan kisah nyata, bahkan, tentu menambah pengetahuan saya sendiri tentang manusia. Pada akhirnya, ilmu itu kelak diaplikasikan pula untuk kehidupan sendiri ketika menjalani hari-hari, saat menghadapi stres, atau ketika bertemu orang-orang yang mengalami masalah dalam hidupnya. Paling tidak, semua itu memberikan pengalaman buat saya yang dari situlah saya hidup dan belajar, berjalan dan bertahan, saling berbagi dan berbahagia, di semesta raya bernama kehidupan.
I simply believe that some part of the human Self or Soul is not subject to the laws of space and time. --Carl Jung

18 comments:

harga laptop mengatakan...

benar2 figur yang sangat menarik.... sepertinya dengan adanya posting anda, saya menjadi semakin tercerahkan ... thanks yah

Nona Devi mengatakan...

kisah John Nash memang menginspirasi. bikin kita yang biasa disebut "normal" ini jadi ngerasa "gak ada apa-apanya" dibanding dia yang "sakit jiwa". (semua pake tanda kutip. hehe.)

Unknown mengatakan...

mbak boleh saya pinjam bukunya atau saya beli saya cari kemana2 tidak ada? jawab yah mbak ke email saya Indra_Arimurti@yahoo.com

Anonim mengatakan...

mbak boleh saya pinjam bukunya atau saya beli saya cari kemana2 tidak ada? jawab yah mbak ke email saya Indra_Arimurti@yahoo.com

Soni Indrayana mengatakan...

Kalau dihitung hitung, pasti banyak yang mengidap gangguan jiwa berat maupun ringan :D dan tidak hanya sekedar gila

Anonim mengatakan...

Luar biasa..
Awalnya sulit untuk percaya kenyataan kisah Prof Nash dan tentg sakit ini, tapi stelah googling akhirnya saya percaya semua itu nyata dan bukan hanya halusinasi manusia

Anonim mengatakan...

Ulasan yg sgt detail.
Dan saya pun percaya kisah dan penyakit ini nyata bukan hanya halusinasi manusia.. :)

Anonim mengatakan...

aku merasa pendidikan di sekolah yg kujalani bertahun2 ga membuat aku makin mengenal siapa itu manusia. ternyata masih banyak yg belum aku tahu.ada banyak bentuk2 kejeniusan yg kita miliki, bahkan termasuk pd orang spt Nash. luar biasa

Anonim mengatakan...

ada banyak bentuk2 kejeniusan, termasuk pd orang skizofrenia..hebat. manusia betul2 makhluk luar biasa

Unknown mengatakan...

saya butuh buku ini , sudah mencari di Gramedia, dan belum menemukan.
mohon info, dimana bisa beli bku ini

Anonim mengatakan...

Mas2 n Mbak2 coba juga tonton Kdrama "It's OK'That's Love", yang menceritakan penulis novel yang mengidap scizophrenia. Film ini beda banget dengan Kdrama pada umumnya. Recommended banget.

Unknown mengatakan...

Sungguh luar biasa, mengispirasi..

Unknown mengatakan...

Mbak apakah Ada info beli buku prof. Nash dimana? Mengingat itu cetakan lama sehingga agak susah untuk dicari.
Kebetulan ayah saya juga mengidap scizophrenia sudah 16 tahun, bagaimana pengobatannya?
To.

Anonim mengatakan...

Rei, Surabaya

Wiiih tulisan ini bener2 bagus, Nona Manis..

Aku baru liat filmnya dua hari lalu..

Jd pgn baca bukunya..

Oke deh.. menunggu gramed cuci gudang aja.. haha

Anonim mengatakan...

harusnya banyak orang yang membaca tulisan ini supaya bisa melihat good side dari skizofrenia, ini tulisan yang indah :)

pgmichelle mengatakan...

Ada yang bisa membagi kata kata yg diucapkan John Nash pada saat penyerahan Noble..??

Anonim mengatakan...

Only, it may be provided to the tiny kids, to provide freedom from varied kinds of diseases.
Parents should make certain that meals they are serving for their
kids are small interval and filled with nutrient.
It is not uncommon for an orphan to endure various therapy
sessions with a psychologist.

Anonim mengatakan...

pecandu narkoba