Romantisme Iblis Menggugat Tuhan

Dia bilang, dia sangat mencintai-Nya. Atas nama cinta inilah dia berbuat kurang ajar. Dia tidak mau tunduk kepada selain Tuhan. Itulah sebabnya dia tak mau sujud kepada Adam meskipun itu adalah permintaan-Nya. Dia berkata, "Kau tahu, di surga, Kekasihku tega mencelakaiku karena aku tak sanggup meninggalkan-Nya. Bahkan para malaikat berkata, 'Iblis adalah yang pertama kali tunduk pada Allah, karena tiada yang lebih mencintai Allah daripada dia.' Tapi Dia memerintahkan perpisahan kami agar umat manusia berkesempatan menyelami keesaan-Nya." (hlm. 67)


Iblis namanya. Karena kesombongannya dia terusir dari surga. Tapi, bukan lantaran dosa kesombongan itu sendiri dia lantas terhalangi dari pengampunan-Nya, melainkan karena iblis menyalahkan Tuhan atas kesombongan itu. Sikap membangkangnya dianggap merupakan kehendak Tuhan terhadap dirinya. Dia tidak memilih, melainkan dipilihkan. Dia terkutuk karena takdir-Nya, bukan karena hasil perbuatannya. Itulah satu-satunya kebenaran yang dia percaya. Dan, ironisnya, dia membangkang karena kepatuhannya kepada Tuhan. Aku hanya bersujud kepada Tuhan. Bukankah begitu perintah-Nya? Kenapa aku harus sujud kepada Adam?!


Iblis berduka dan mungkin menyesal. Dia sendiri tidak akan mengira bahwa (perasaan) kedekatannya dengan Tuhan akan menghancurkannya. Dia kira dia telah melakukan yang terbaik dengan tidak bersujud kepada selain-Nya karena memang begitulah aturannya dan akibat taat aturan inilah dia justru dikutuk habis-habisan oleh si pembuat aturan itu sendiri. Dia kaget, tidak menyangka, kecewa, dan sedih teramat dalam. Dia dikhianati oleh Tuhan, Kekasihnya yang selalu "menganakemaskan" dirinya. 
What the fu**ing God?! Gw habis-habisan membela lo atas nama cinta sama lo, tapi malah begini balasannya buat gw??? Apa yang salah...? The madness of God!


Karena itu, untuk meng-cover perasaan hatinya yang kacau-balau, dibuatlah manipulasi logika, tak lebih untuk menghibur hatinya sendiri. Alih-alih mengakui kesalahannya dan jujur pada cintanya itu, iblis lebih memilih membohongi hatinya dan bersikeras di sana. Dia terlalu malu untuk mengakui (gengsi).
*

PertamaLogic is devil. Saya selalu percaya makna di balik kalimat itu. Realitas kehidupan toh tak cukup mampu ditampung oleh hanya sebuah logika. Ada banyak keajaiban di sekitar kita dan semua itu terjadi tak semudah 1 + 1 = 2. Butuh proses berpikir dan bertafakur untuk memahami diri kita sendiri dulu secara sebenar-benarnya. Setelah itu, bukan berarti juga kita sudah boleh menilai orang lain atau lingkungan sekitar, sebab kapasitas kita bukanlah untuk itu--ada tata kramanya. Tapi, melalui diri sendirilah kita belajar mengenal-Nya meskipun tidak akan pernah sampai final. Sampai kapan pun, kita tidak akan pernah bisa mengenal-Nya, selalu berakhir di hampir. Sebabnya, semua ini sendiri adalah proses yang berlangsung terus-menerus selama manusia diberi kehidupan.
Kau tidak bisa mengenal-Nya dengan akal sehat semata, tidak pula kau dapat mengetahui pekerjaan-Nya dengan penafsiran-penafsiran yang begitu lemah seperti yang kau peroleh dari kitab suci. Kau tidak diperbolehkan membiarkan penafsiranmu menjadi hukum itu sendiri, menyamai, dan menggantikannya. Jangan menganggap dirimu dan pertimbangan-pertimbanganmu sebagai sekutu bagi Tuhan. (hlm. 238)
Kedua. Kebenaran adalah ilusi. Tidak ada yang mutlak di dunia ini, bahkan terhadap sesuatu yang kita pikir adalah kebenaran sekalipun. Kita sendiri tidak mengetahui sumber dari kebenaran tersebut dan akan berakhir di mana ia. Tak ada yang memastikanya kepada kita sebab yang pasti itu sendiri tak ada kecuali kematian.

Ketiga. Ana al-Haq (Aku adalah Tuhan) seperti kata al-Hallaj atau God is dead (Tuhan sudah mati) seperti kata Nietzsche.
*

Buku Iblis Menggugat Tuhan
Buku Iblis Menggugat Tuhan ditulis oleh Shawni, terjemahan dari judul asli The Madness of God & The Men Who Have The Elephant. Buku ini pertama kali dicetak tahun 2005 dan telah mencapai cetakan ke-9 pada tahun 2008. Saya sendiri mengetahui ada buku ini di Gramedia sudah lama, tapi baru sekarang membacanya, baru saja selesai membacanya. Buku fiksi-filosofis ini bagus.

Terlepas dari benar-tidaknya kisah yang disampaikan di sini oleh penulisnya, saya sepakat. Entah sepakat atas apa, yang jelas sang penulis telah berhasil menyentuh saya dengan kisahnya mengenai si iblis. Buku ini bukan tentang fatwa atau tafsiran-tafsiran kitab dan pemikiran, melainkan uraian psikologis jiwa si iblis. Di dalamnya terungkap segala isi hati makhluk Tuhan yang satu itu serta bagaimana kisahnya hingga dia akhirnya menjadi sosok yang memiliki citra seperti yang kita kenal selama ini. Pelajaran mengenai semua itu pun justru dengan mudah saya cerna melalui pemaparan yang semacam ini, bukan dengan dogma-dogma yang kadung melekat. Paling tidak, ada sedikit pengetahuan yang berhasil terbukakan untuk saya setelah membaca buku ini.

Kata-kata yang tertulis di dalamnya jauh dari sarkasme yang bermuatan gugatan. Tidak ada makian, kutukan. Sebaliknya, buku ini bertuliskan kata-kata indah yang membuat nyaman membacanya, membuat kita malah berpikir dan merenung tentang Dia. Kalimat yang terangkai penuh romantisme dan banyak disisipkan ungkapan puitis di sana.
Pengetahuan berjalan tertatih dengan kaki yang patah. Tapi kematian datang menyeruduk tak kenal ampun.
Itulah salah satu bait puisi yang terdapat dalam buku ini. Tertulis pula di sana, "Kata-kata dan segala ilmu pengetahuanmu, sungguhkah berguna pada saatnya nanti?"


Pagi ini, setelah dua hari kemarin membaca buku Iblis Menggugat Tuhan dan kemudian menuliskannya, saya hanya dapat berdoa,
Tuhan, rendahkanlah hatiku dalam memuja-Mu.


Buat kamu yang membutuhkan sedikit pencerahan, bacalah buku ini. Iblis Menggugat Tuhan bukan tentang pemahaman yang dipandang dari sudut agama tertentu. Buku ini adalah tentang sejarah kehidupan, tema klasik yang romantis dan penuh dengan makna filosofis. Buku ini tidak "berat", malah membuai seperti dongeng, seperti sedang dininabobokan.
Selamat membaca.. :)      

1 comments:

Dinar si bune-ole mengatakan...

Mohon ijin untuk copas sebagian quotes