37

Di tahun ke-37 aku hidup di dunia ini, aku merasa dimantapkan sebagai manusia. Aku semakin jelas, arah hidupnya, tujuannya, bahkan siapa diriku sebenarnya, mulai benar-benar terlihat. Di usia ini aku jatuh dan bangun sekaligus. Aku mendapatkan kesusahan, tapi aku juga mencapai titik yang sejauh ini ingin kucapai. Tahun ini komplet. Kesulitan dan kemudahan dalam hidupku datang bersamaan di usiaku yang ke-37 tahun ini. 


Aku jelas sudah tak muda lagi. Kurang dari setengah tahun lagi usiaku bertambah jadi 38. Paruh pertama usia 37-ku, kuhabiskan dengan menjalani hidup sekuat mungkin. Kukerahkan semua yang kubisa untuk melewati banyak kesulitan dan meraih banyak pencapaian. Demi bertahan hidup, demi anak-anak, demi cinta pada diri ini sendiri, aku belajar menerima dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab peran hidupku. Alhamdulillah, Tuhan menganugerahkanku jalan cerita yang indah. Dia seperti pengarang yang magis, membuat siapa pun yang terlibat, terutama diriku, terpukau oleh kekuatan-Nya yang maha besar. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan.


Namun, tentu saja ini hanyalah awalan, sebuah titik mula lagi dari perjalanan kita semua yang entah kapan akan berakhirnya. Dalam perjalanan panjang ini, kita kerap bertemu dengan pos-pos yang harus kita singgahi. Ketika kembali melangkah, pada hakikatnya kita hanya sedang melanjutkan perjalanan. Di setiap pos itu kita mengisi energi kita.


Tahun ke-37 ini sungguh memukau. Beginilah ternyata cara semesta mendewasakanku. Lewat serangkaian peristiwa, baik yang kumaknai maupun tidak, semuanya berujung pada hari ini ketika aku menuliskan sekelumit jejak perjalananku. Rasa yang ada sekarang hanyalah syukur, syukur yang besar, banyak, melimpah. Inilah mungkin intinya seluruh petualangan hidup manusia, hanya untuk mengantarkan kita semua pada rasa syukur. Ya, ternyata, kita cuma diminta untuk bersyukur. Bersyukurlah.. bersyukurlah.. agar kamu bersyukur...


Yuk, kita melangkah lagi, dengan semangat yang terus terbaharui, kita buat diri kita menjadi semakin mencintai diri kita sendiri, semakin menghargai diri kita, semakin bersyukur pada diri sendiri. Kita semua adalah pelajaran untuk anak cucu kita, generasi penerus kita. Tak ada yang sia-sia segala kebaikan yang kita buat, sekecil apa pun peran itu, tetaplah berarti, selalu bermakna.


0 comments: