Manusia Bahagia

Belakangan hari, pikiranku disibukkan dengan konsep manusia bahagia, secuil isu yang diangkat dalam podcast Gita Wirjawan di sela momen hari raya. Walhasil, hari rayaku diisi semangat menghayati apa-apa yang terungkap dari situ tentang: apa, sih, bahagia itu--menurut para tokoh-tokoh yang diwawancara oleh Pak Gita dalam podcast-nya. Seru!


Kemudian, sahabat remajaku yang kini tinggal di Amerika bertanya: kalo menurut lo sendiri, bahagia itu apa?

Hahaha, sebenarnya aku enggak paham-paham banget juga. Jawaban sekenaku, sih, bahagia itu adalah melihat anak-anakku bahagia, orang-orang terdekat aku bahagia. Kalau buat aku sendiri, yang penting aku tetap bisa produktif menulis, itu sudah cukup. Selanjutnya, aku bisa menjalin persahabatan dengan diriku sendiri atau punya self awarness tinggi, itu sudah hal yang cukup membahagiakanku. Karena apa, self awarness bisa membuat diriku mengontrol diri sendiri dengan lebih baik sehingga lebih sigap menghadapi apa-apa yang aku alami dan rasakan, tahu kebutuhan diri, dan semacamnya. 


Jadi, apa, dong, definisi bahagia menurutku?

Hahahaha...


Aku, sih, yang jelas tahun ini ingin lebih banyak menulis lagi, terutama sastra. Targetku, satu bulan satu cerpen. Akhir tahun, mungkin aku sudah punya minimal delapan cerpen. Rencananya, tentu aku akan cari penerbit. Aku mau jadi penulis sungguhan. Aku sedang membangun diri menjadi penulis penuh waktu, profesi yang bisa menafkahi keluargaku, menggantikan profesiku sekarang yang rutinitasnya ingin segera kutinggalkan. Aku merasa mumpung masih punya waktu, aku harus dapat mengerjakannya. Syukur-syukur Tuhan meridai sehingga Dia pun membantuku serta mengabulkan doa dan harapanku. Amin, amin.


Oleh karena itu, kelihatannya aku harus lebih banyak mengasah diri untuk senantiasa peka dengan lingkungan yang ada di sekitarku. Kepekaan bagus buat produktivitas. Mungkin aku juga harus mengerjakan laku bersih, baik mungkin dari asupan, atau juga banyak-banyak meditasi agar jiwaku tidak kotor. Selanjutnya, aku harus enjoy dan banyak berbagi juga biar energiku mengalir dan berkembang; alam semesta pun mendoakanku, mendukungku sampai tuntas.


Aku harap aku bisa konsisten dan diriku terpelihara dalam energi kreativitas ini. Tuhan senantiasa memberiku keindahan dan kelembutan hati. Tuhan memberiku jalan yang terang yang dengan mudah kutempuh untuk aku bisa mencapai segala impian dalam hidupku di dunia ini. Waktuku tak banyak lagi. Anak-anak menungguku di rumah. Aku harus secepat mungkin kembali kepada mereka, sebanyak mungkin bersama mereka, sedapat mungkin tak keluar-keluar lagi. Aku ingin melingkupi hari-hari kedua anakku sebelum waktunya sudah habis, ketika mereka telah menemukan diri mereka sendiri. Aku pun ingin secara utuh hadir dalam hidup ibuku sebelum semuanya benar-benar berakhir. Aku ingin ada untuk mereka, orang-orang yang aku sayang. Aku ingin ada untuk diriku sendiri, utuh dan tak terbagi. Kuharap, semuanya masih sempat.


Jadi, mungkin, itulah kebahagiaanku yang hakiki: menulis untuk memberi ruang yang banyak untuk cinta, untuk menikmati semua itu, dan merayakan hari-hari. Wish me luck!


0 comments: