Orang baik itu bisa datang dari mana saja. Kadang kita tidak
menyadarinya atau bahkan sama sekali tidak tahu. Kadang kita mengharapkan
kebaikan dari orang-orang tertentu, dan itu tidak selamanya bisa kita dapatkan,
padahal mungkin sebenarnya yang kita butuhkan bukan itu. Sama seperti, ketika
kita tiba-tiba mendoakan saja seseorang, mungkin teman, keluarga, saudara, atau
bahkan orang yang sama sekali kita tidak tahu, hanya melihatnya sekilas dan
kita tiba-tiba berdoa saja untuknya, tanpa mereka semua pun tahu bahwa kita
tengah mengingat mereka dalam doa, memohon kebaikan kepada tuhan atas hidup
mereka, bukankah itu kebaikan yang sesungguhnya? Kita tak perlu banyak
berkata-kata, apalagi mengumbar kebaikan, termasuk rasa perhatian, dan betapa
kita memahami mereka; saya rasa semua itu sudah cukup. Cukuplah saja diri kita
sendiri yang mengerti.
Saya sedang merasa malu, dan sedih. Sebabnya, saya tengah
disadari bahwa ada banyak orang yang sesungguhnya peduli terhadap saya. Saya
tidak menyangka bahwa perhatian mereka yang bahkan saya tidak tahu bagaimana
dan kapan mereka melakukan itu, sungguh mampu menyentuh hati saya. Ketika
tiba-tiba saya tahu, barulah saya menyadari, bahwa mungkin ada lebih banyak
lagi dari semua ini, andai saya tahu seluruhnya; atau mungkin memang hanya
segini, entahlah, tapi pengetahuan ini telah membuat saya merasa cukup lapang
dan terbuka. Saya ada, saya tidak dilupakannya, saya disayang, saya
diperhatikan, dan mungkin inilah energi-energi yang membuat saya tetap kuat
menjalani kehidupan yang saya sendiri kadang merasa tak percaya kalau saya
mampu menghadapi semua tantangan ini. Ada banyak dukungan, tak kasatmata,
bersifat metafisika yang mungkin bila diterjemahkan akan berbunyi seperti
kalimat yang terdapat pada anak judul blog salah satu cendekiawan Indonesia, Jurnal Hidayat Nataatmadja:
“yang ghaib itu nyata, yang rasional itu abstrak, dan yang empiris itu semu (Postulat, 1985)”.
There is a reward for kindness to every living thing (Prophet Muhammad).
0 comments:
Posting Komentar