Julie & Julia yang Menginspirasi

Manusia diciptakan dengan passion. Sebagian dari mereka beruntung karena bisa menjalani hidup berdasarkan passion-nya, meskipun kadang ada yang harus berputar-putar dahulu untuk bisa menemukan dan menjalani apa yang benar-benar mereka inginkan di dunia ini. Sebagiannya bahkan sama sekali tak mencari, apa itu arti passion, cukup menerima hidup begitu saja. Tapi, Julie dan Julia bukan termasuk tipe manusia yang ini. Mereka adalah tipe pejuang hidup untuk sesuatu yang dicintai!

Pada beberapa titik, aku merasa seperti Julie maupun Julia—meskipun aku tidak suka dan bisa memasak—dalam hal keteguhan mencari dan melakukan apa yang benar-benar aku inginkan dalam hidup. Jika keduanya menyalurkan hasrat hidup mereka kepada memasak kemudian menuangkannya ke dalam tulisan, aku menyalurkan hasrat hidupku pada menulis, apa pun. Salah satunya, ya, menulis cerita tentang mereka ini usai menonton film Julie & Julia. Pada beberapa kesempatan, kadang aku mendapatkan apa yang benar-benar aku inginkan di dunia ini.

Julie & Julia
Here.
Julie & Julia (2009) bukanlah tokoh fiksi. Ia adalah judul film yang diangkat dari dua kisah nyata Julie Powell dan Julia Child. Julie Powell (Amy Adams) adalah seorang istri yang frustasi. Memasuki usia 30 pada tahun 2000-an, alih-alih menyelesaikan novel yang telah ditulisnya selama 8 tahun, ia malah harus menjalani pekerjaan yang "enggak banget" sebagai pegawai pemerintahan. Untuk menjauhkannya dari ironi hidup, ia memasak setiap pulang kerja berdasarkan resep masakan dalam buku Mastering the Art of French Cooking (1961) karya Julia Child, chef legendaris Amerika. Pengalaman Julie mempraktikkan setiap resep dalam buku tersebut dijadikannya sebagai “proyek” menulis di blog selama satu tahun—sekaligus menyalurkan passion-nya dalam menulis.

Di sisi lain, Julia Child (Meryl Streep) yang pindah ke Paris pada 1950-an karena mengikuti sang suami bertugas, menghentikan diri dari pekerjaannya sebagai pegawai pemerintahan dan mulai mencari apa yang benar-benar ingin dilakukannya. Pencarian itu kemudian membawanya kepada cooking class yang menjadi awal dari proses perjalanannya menulis buku resep masakan Perancis untuk orang Amerika (Mastering the Art of French Cooking tersebut) bersama dua rekan lainnya. Dalam film ini, cerita mengenai Julie Powell dan perjalanan Julia Child disajikan secara bergantian dengan latar waktu dan tempat yang berbeda.

Sementara itu, respons dari para pembaca membuat blog Julie menjadi ketiga populer di situs pengelola blog tersebut. Ia juga mulai dilirik oleh media massa, perusahaan penerbitan, hingga kemudian cerita tentang blognya dimuat di The New York Times. Sebuah kabar dari seorang jurnalis menyatakan kepadanya bahwa Julia Child yang usianya telah 90-an tahun mengetahui pula hal ini, namun responsnya kurang positif. Awalnya, Julie merasa kecewa mendengarnya. Tapi, ia kemudian menyadari bahwa itu tak penting lagi. Bagaimana pun, Julia Child adalah seorang ikon dan inspirasinya dalam memasak. Tak hanya itu, dengan serangkaian cara, Julia Child telah berhasil mengubah hidup Julie Powell dari yang tadinya pegawai pemerintahan biasa menjadi seorang penulis sesuai passion dan impiannya. Memasak dan menulis, itulah yang penting.

Istri yang Produktif, Senang Berkarya, dan Suka Tantangan
Menurutku, setiap orang butuh berkarya. Setiap orang butuh mengekspresikan dirinya kepada sesuatu hal yang disukainya. Banyak contoh dan tak berbatas, seperti seorang ibu yang berkreasi dengan makanan bekal untuk anaknya sekolah atau seorang pegawai pemerintahan yang suka menulis dan kemudian ngeblog. Pada akhirnya, apa yang dikerjakan dan dihasilkan manusia dalam hidup mereka sesungguhnya adalah sebuah karya. Tinggal bagaimana kita memaknai setiap pekerjaan itu.

Namun, ada yang lebih penting dari sekadar kenyataan bahwa setiap orang itu berkarya, yakni kita butuh tantangan! Itulah mungkin yang membedakan seseorang itu produktif atau tidak. Orang yang produktif cenderung menantang dirinya terus-menerus, berkali-kali, selesai satu pekerjaan, beralih ke pekerjaan yang lain. Oke, hari ini begini, besok begitu, selanjutnya seperti ini. Ia berputar terus, apalagi menyangkut sesuatu yang menjadi passion-nya, ia akan memperjuangkannya! Dan, tantangan sesungguhnya adalah stimulan bagi setiap orang untuk terus berkarya dalam hidup, tak pernah berhenti mencari dan melakukan, termasuk pula mempertahankan apa yang benar-benar ia cintai di dunia ini.

Aku seperti berkaca pada diriku sendiri menyaksikan Julie Powell dan Julia Child dalam film ini. Mereka adalah para istri yang pantang menyerah, keukeuh pada passion-nya. Tak jauh beda dari aku. Mereka juga punya suami-suami yang sangat mendukung dan baik sekali, sama sepertiku. Aku bahkan bertanya pada Ney usai menonton film ini bersama, “Apakah selalu begitu, perempuan-perempuan yang terlalu banyak pemikiran dalam kepalanya, terlalu menginginkan sesuatu hal dalam hidupnya, dipasangkan dengan laki-laki yang baik, ringan hati, dan sabar?” Ney pun menjawab, “Ini bukan soal manusianya, melainkan IDE. Ide adalah tema besar di dunia ini, awal dari sesuatu terjadi. Ide harus ditempatkan pada tempat yang tepat untuk bisa berkembang dan menjadi. Ide butuh sesuatu yang mendukungnya.”

Kabar buruknya, aku tidak sebaik Julie maupun Julia dalam hal produktivitas. Well, aku suka sekali menulis, tapi seringnya aku tak tahu apa yang ingin aku tulis. Ditambah, seperti mengutip dialog Julie Powell dalam film tersebut, “Kamu bukan penulis sampai seseorang menerbitkan karyamu.” Ya, tapi sekarang bagiku itu tak penting lagi. Aku punya blog, meskipun aku tidak punya sesuatu yang bisa menantang diriku seperti proyek Julie Powell dan mengundang banyak pembaca menorehkan komentarnya di sini. Ya, lagi-lagi, tapi sekarang bagiku itu tak penting lagi. Mendapatkan suatu pencerahan atau hal yang ingin aku tulis saja sudah sesuatu yang membuncahkan perasaanku, sungguh! Sebagai contoh, tulisan tentang Julie & Julia ini. Aku hampir kering imajinasi dan tumpul kreativitas kalau aku tidak sering-sering mengasahnya! Dan, kenyataannya, aku tidak sering-sering mengasahnya. Aku butuh menge-push diriku lebih keras lagi, seperti sebuah deadline atau hal-hal yang meruncingkan fokus dan perhatianku. Seriously, I am easily distracted person and low motivation.

Pada akhirnya, kisah Julie & Julia ini sungguh-sungguh menginspirasiku. Bahwa, mungkin, tak ada yang tak mungkin di dunia ini—kecuali mengulang waktu—jika kita benar-benar menghayatinya. Dan, ya, kami butuh laki-laki yang penyabar dan setia mendukung kami, seperti para suami kami ini. Sebabnya, kami perempuan, berkembang dengan cara yang “mengerikan”: very talk active, subjektif, kadang nyinyir sehingga butuh pasangan yang punya kebesaran hati dan telinga lebih dari sepasang!

Jauh sebelum ini, aku telah banyak membaca dan memimpikan kisah-kisah perempuan “besar” namun punya kehidupan keluarga yang harmonis (seringnya, perempuan-perempuan “hebat” mengalami divorce atau ketidakseimbangan dalam berumah tangga, begitu yang kupaham), seperti sebuah kisah yang pernah kubaca. Di sana suami perempuan tersebut berkelakar, “Jika di belakang lelaki hebat terdapat perempuan hebat, maka di belakang perempuan hebat terdapat lelaki penyabar.” Dan, ia pun tertawa. :)
Kadang aku suka berkhayal menjadi salah satu dari perempuan itu, berkembang lewat caranya sendiri… her passion.

Here.
Well, jangan lupa tonton, ya! Julie & Julia sungguh menginspirasi. Banyak makna hidup yang bisa kita pelajari dari sini. Ney saja suka nontonnya. Mengajarkan kita untuk tetap semangat dan selalu jadi tim yang kompak dengan pasangan, saling support, saling sayang.

Sumber:

1 comments:

universal mengatakan...

i still wonder how a writer can actually writing..well i think that write is an art..and it is.