Canon in D: Makin Bersemangat, Berkeringat, & Sehat

Bagiku, DIY atau Do It Yourself sebagai konsep, tidak hanya untuk diterapkan pada karya handy craft atau segala sesuatu yang membutuhkan keterampilan tertentu, seperti memasak, menjahit, atau membuat benda hasil pertukangan. DIY juga bisa hadir dalam dunia olah tubuh, seperti senam atau gerakan-gerakan yoga, dan semacamnya itu. Tidak percaya? I do it!

Berawal dari keinginan sejak lama untuk mengikuti kelas yoga atau bentuk exercise apa pun demi kebugaran tubuh, akhirnya konsep DIY pun aku terapkan. Terus terang, aku itu agak malas berolahraga. Aku belum menemukan kegiatan olah tubuh yang tepat untukku. Sementara aku bingung, haruskah aku mengikuti kelas yoga, nge-gym, ikut aerobik, lari pagi di akhir pekan, atau bersepeda, hasrat untuk berolahraga malah semakin pudar. Alhasil, berbulan-bulan lamanya aku hidup tanpa exercise buat tubuh sama sekali. Sehari-hari aku hanya jalan ke depan komplek menunggu jemputan, duduk di dalamnya selama kurang lebih 4 jam (perjalanan pulang-pergi kerja), lalu menghabiskan hampir seluruh waktuku di kantor dari pukul 8 pagi hingga 4 petang untuk duduk lagi, kemudian tiba di rumah dalam keadaan sangat lelah, teramat lelah, lalu tidur. Nyaris sepanjang harinya aku hanya duduk hingga tak terasa berat badanku pun bertambah. Satu kilo, dua kilo, tiga kilo, dan aku pun mencapai rekor tergemuk selama ini: 50 kilogram! Angka tersebut stabil dalam sebulan ini, kalau pun turun hanya 1 kilo. Ini sungguh-sungguh tak bisa dibiarkan!  

Maka, ketimbang berbingung-bingung ingin ikut kelas ini kelas itu tapi tak ada satu pun yang disambangi, kuputuskan saja untuk memulai exercise-ku dari rumah. Tujuannya bukan untuk menurunkan angka 50, melainkan untuk mengurangi rasa lelah yang mudah sekali menyerangku akibat terlalu banyak duduk sehingga membuat sendi-sendi tubuhku kaku. Ditambah, bagian perut hingga pinggulku ini semakin melebar, bahkan ada yang menggelambir (iyyuk…). Aku ingin menghilangkannya dengan mengencangkannya. Pokoknya, aku ingin luwes lagi, aku harus ringan lagi, aku tidak mau gampang capek lagi. Maka, kumulailah exercise-ku dari rumah, setiap pagi, sesudah bangun tidur.

Yoga (here).
Sudah hampir sekitar tiga minggu ini aku melakukannya. Tidak susah karena aku pernah punya pengalaman olah tubuh semacam ini, bahkan latihan pernapasan juga. Dahulu, aku rajin olah tubuh dan olah napas hampir setiap hari selama berbulan-bulan dalam tahun-tahun ketika aktif berteater di kampus. Kalau sekarang kuperhatikan, gerakan-gerakannya hampir seperti gerakan dasar yoga. Jadi, kupikir, aku bisa yoga saja sendiri dari rumah. Aku punya basic untuk itu. Ditambah, kini banyak kita temukan video tutorial gerakan dasar yoga di Youtube. Jadi, seharusnya tak ada alasan lagi untuk tidak exercise.

Aku mulai melemaskan kembali sendi-sendi dan otot tubuhku yang kaku. Enak sekali rasanya. Aku juga latihan pernapasan lagi (pernapasan perut) dan sit-up. Ada banyak perkembangan. Awalnya karena sudah lama tidak pernah exercise, aku sama sekali tidak bisa mencium lututku ketika duduk dengan kaki diselonjorkan (padahal dulu bisa), tapi sekarang setelah berkali-kali latihan, aku berhasil melakukannya lagi! Sikap tubuhku saat sit-up pun sudah semakin membaik, padahal ketika pertama kali sit-up lagi, aku nyaris tak bisa mengangkat tubuhku, dan kakiku selalu ikut-ikutan terangkat! Latihan pertamaku kurang meyakinkan, tapi perlahan semua itu membaik.

Awal kembali latihan, aku hanya melakukannya selama sekitar 5 menit. Meningkat terus waktunya setiap hari, hingga hari ini, aku melakukannya selama setengah jam. Dari exercise biasa, seperti pelemasan otot-otot tubuh, kini kegiatan olah tubuhku telah bertambah dengan gerakan senam yang lebih aktif dan enerjik. Aku juga tidak melakukan latihanku dalam keheningan lagi karena sekarang ada Canon in D yang menemani!

Iya, Canon in D, sebuah lagu klasik karya Mozart. Zaman membawanya tetap hidup hingga saat ini. Tapi, ia tak hanya hadir dalam aransemen klasik seperti pada masanya dahulu. Banyak musisi dunia telah mengemasnya dalam macam warna dengan perangkat musik yang beragam pula. Ada Canon in D versi piano relaxing, trance remix, pop jazz, classical fusion, dan banyak lagi yang bisa kita temukan di dunia maya sana. Aku memanfaatkan beragam warna Canon in D itu untuk mengiringi senam dan latihanku; membuatku semakin bersemangat, semakin berkeringat, dan tentunya semakin sehat. Asyik sekali!

Kalau hubungannya sudah dengan musik begini, tentulah Ney, sang suami tersayang yang paling banyak berperan. Ia telah lama memperkenalkanku pada Canon in D (siapa yang tidak kenal Canon in D, ia adalah salah satu karya Mozart yang paling populer!). Aku bahkan punya satu di playlist-ku sebuah aransemen dari Marc Antoine. Namun, kami butuh banyak Canon in D untuk mengiringi latihanku. Ney lalu membuka Grooveshark dan mempersilakan aku untuk memilihnya sendiri. Wow, ada begitu banyak Canon in D di sana! Aku kalap.

Dari puluhan Canon in D yang tersedia, aku menjatuhkan pilihan pada lima saja yang kupikir paling cocok untuk mengiringi latihanku. Lagu-lagu itu kemudian kususun sedemikian rupa berdasarkan temponya untuk menjadi pengiring bagian pemanasan, inti, dan pendinginan. Total durasinya kurang lebih setengah jam. Selesai latihan, aku bahkan masih mendengarkan lagu-lagu itu sambil berjoget sendiri. Ney malah ikut-ikutan.

Ini dia list versi Canon in D yang kupakai untuk mengiringi latihan olah tubuh di rumah. DIY for my exercise. Siapa tahu bisa jadi referensi kamu yang juga suka melakukan latihan senam di rumah atau sekadar joget-joget bersama keluarga sampai keringetan. Buat kamu yang sama seperti aku, ingin olahraga dan ikutan senam massal, tapi enggak pernah ikutan karena enggak suka sama lagu pengiringnya dan gerakannya yang tidak cocok buat kita, saatnya kini kamu ber-DIY-an dalam berolahraga. Dengan musik-musik pengiring yang asyik dan belajar gerakan olah tubuh yang baik dari video tutorial yang bertebaran di dunia maya, tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak exercise, ya. Demi kesehatan, ayolah! :D

Solitudes - Canon in D 

0 comments: