A Blessed Ramadan

Hari terakhir puasa bulan ini ditutup dengan buka puasa bersama Ney dan papa, dua lelaki Leo saya. Ini adalah malam lebaran yang berbeda, istimewa. Setelah mungkin sekitar tiga tahun tidak bertemu, di malam spesial ini papa tampak hebat di mata saya; Ney tampak menjadi sahabat bagi papa di kali pertama pertemuan mereka. Saya bahagia. Saya bersyukur sekali atas kemacetan parah arus mudik tahun ini hingga membuat saya dan Ney tidak dijemput mobil travel yang sudah dipesan dan menunda kepulangan di hari lebarannya dengan kereta api. Saya merasa beruntung sekali, sebab dengan begitu, kami bertiga bisa berkumpul malam itu, merayakan ulang tahun papa yang tepat jatuh di malam raya. 

Selamat ulang tahun, Papa. Kami kini ada. Saya datang kembali, bersama dia, lelaki Leo kedua dalam hidup saya (setelah kamu), seseorang yang bersamanya kami akan berperan sebagai jembatan, menghubungkan sesuatu yang sempat berjarak; berperan sebagai aibon, merekatkan hati yang pernah retak. Saya tak perlu banyak khawatir lagi, sebab lelaki itu telah berjanji, "I love you 'till the end of time," dan kelak membawa saya menjumpai autumn di kota yang jauh, membiarkan saya dituntaskan alam, setelah bersusah payah selama hidup membuatmu tersenyum, membuat orang-orang terkasih lainnya bahagia sejahtera. Sehat selalu, Papa. :)

Setelah makan, masing-masing kami pulang, sendiri, ke tempatnya. Suara takbir berkumandang. Saya sendirian di rumah, mendengarkannya, sambil membereskan barang-barang yang akan dibawa esok hari. Tidak ada lagi sahur, tapi nanti saya akan tetap bangun sangat pagi. Dua tiket kereta telah disiapkan, jangan sampai ketinggalan. Tanpanya, kami tak akan bisa mudik ke kampung halaman, menjumpai mama, adik, dan sanak-saudara yang sudah tidak sabar menanti kedatangan saya membawa sang calon suami. ;) 

I know, it was a blessed Ramadan. 
Hatur nuhun, Gusti...

*Haduh, sayangnya saya lupa gak moto Ney dan Papa. Ugh, sebel. Ya udah deh, next time di pertemuan berikutnya.


0 comments: