Prolog*

Ada banyak yang akan hilang di depan. Tapi itu bukanlah sebuah kehilangan, melainkan bagian dari kehidupan. Waktu-waktu kelak pergi, setiap ruang, kesempatan, bahkan mungkin diri sendiri. Mungkin aku akan sangat merindukannya, sekadar menulis, menikmati kopi dan hujan, ditemani musik yang sendirian. Mungkin aku akan benar-benar kehilangan semua itu, tapi setidaknya aku melangkah, menembus semua ketakutanku sendiri, dan berkorban untuk sesuatu yang tampaknya pantas untuk aku perjuangkan. Setidaknya aku tidak egois, setidaknya aku maju ke depan, sebagaimana hakikatnya kehidupan. Aku menjadi bagiannya. Aku hidup.

Aku jadi ingat, dahulu, aku pun berjalan menuju ketakutanku sendiri, sebuah keterasingan, tanpa aku sadari. Aku pernah lebih buruk dari keadaanku hari ini. Manusia kadang hanya takut keluar meskipun sebenarnya mereka ingin, dan yang sebenarnya lagi, mereka hanya melakoni peran. Setiap keputusan tampak hanya sesuatu yang berasal dari jalan berpikir manusia, padahal sesungguhnya tidak. Setiap keputusan hanya konsekuensi logis dari sebuah skenario kehidupan yang akan manusia jalani. Mereka tidak pernah benar-benar membuat semua itu. Mereka hanya berpikir seolah-olah.

Rasanya aku ingin mencintai kehidupan lebih baik lagi. Lebih luas dan tak terbatas. Bahkan, mungkin, membiarkan diriku hilang hingga tak menyisakan pertanyaan, “Masih mungkinkah aku memiliki diriku sendiri?”


Aku pasrah kepada Sang Pemilik Hidup. 



*Tulisan ini ditemukan di antara deretan file dalam alat penyimpan data. Tak berjudul, tapi isinya seperti kesadaran dari alam bawah yang mengawali sesuatu, maka kuberi judul ia "Prolog". Tertulis di sana tanggal 11 April 2015, berarti sekitar tiga minggu sebelum diketahui aku hamil, atau tepatnya 14 hari dari hari pertama haid terakhirku (LOL). Mungkin ini yang kumaksud mengawali sesuatu: kehamilan, kehadiran makhluk hidup baru, buah hatiku. Sekarang anakku sudah empat bulan lebih dan benar-benar, tampaknya, tak ada waktu untuk sekadar ber-diri-sendiri, seperti menulis blablabla. Terjadi, kini, diriku bukan milikku, lagi (tsah). I love you, Anak!


Ini penampakan anakkunya: Michelle Andien Praditha. ^^




0 comments: