Mimpi Semalam

Semalam saya mimpi enggak enak, deh. Tidur hampir jam tiga pagi ditambah mimpi enggak enak, adalah sesuatu banget.

Jadi, di mimpi itu saya mendapati diri saya sedang mengejar seorang teman semasa kampus. Entah bagaimana, saya mengejar dia untuk pulang bareng biar ada temannya. Teman itu saya panggil-panggil, tapi dia tak acuh. Dia tetap berjalan dan saya terus membuntutinya dari belakang dengan jarak yang agak jauh, melewati persawahan, kebun-kebun, jalan kampung, namun dia tetap berjalan saja. Hingga begitu dia tampak semakin dekat, dia malah naik kendaraan umum duluan! Dia tidak mengindahkan saya. Dia meninggalkan saya.

Anehnya, ternyata di kendaraan itu sudah ada teman-teman kami yang lain semasa kampus. Ternyata pula, mereka menyadari keberadaan saya, tapi seakan tak peduli. Mereka pergi begitu saja tanpa menunggu saya. Mereka meninggalkan saya sambil tampak tertawa-tawa. Mereka sengaja melakukan itu.

Saya sedih sekali. Hati saya hancur. Saya tidak diacuhkan. Saya ditinggalkan. Saya tidak dipedulikan. Lalu entah bagaimana saya akhirnya tiba di rumah. Hati saya masih terluka, kemudian teman-teman saya tadi berdatangan ke rumah. Saya ingat sekali siapa-siapa saja mereka, teman-teman semasa kampus yang cukup dekat. Sebenarnya, sesama teman kampus dulu, kami hampir bisa dibilang dekat satu sama lain. Kedekatan yang bahkan tampaknya melampaui ruang dan waktu. Kami seperti keluarga, saudara. Makanya, mereka bisa membuat saya terluka.

Kedatangan mereka itu bikin saya sedih. Mereka membaik-baiki saya, seolah tadi memang sengaja mencueki saya, seperti kalau dikerjain saat ulang tahun. Kita dicuekin, lalu nanti kita diberi kejutan. Tapi, entahlah. Saya tidak merasa saya sedang ulang tahun saat itu.

Mereka mengajak saya berbincang. Mereka bertanya-tanya pada saya. Mereka mencandai saya, memberi sebuah kabar (salah satunya bilang akan menikah--ya, saya tahu dia akan menikah sebentar lagi, dari teman yang lain), dan semacamnya. Lalu, tiba-tiba saya menangis saja. Saya mengungkapkan kesedihan saya oleh sikap mereka sebelum ini. Saya jujur kalau saya sedih dan terluka. Saya pun menangis, layaknya seorang anak kecil yang mengadu pada sang Ibu. Saya menangis tersedu. Saya ingat betul, di situ saya menangis pilu.

Mimpi yang aneh.
Mungkin saya merindukan teman-teman saya itu, atau sebaliknya? Entahlah. Di antara teman-teman seangkatan dulu, mungkin saya yang paling "menghilang", mungkin saya yang paling "jauh", mungkin saya yang paling "pergi", mungkin saya yang paling "enggak kelihatan". Sebenarnya, saya kangen mereka, tapi saya tahu, kami masing-masing sudah punya kehidupan, seperti halnya saya yang sibuk dengan dunia sendiri. Apalah artinya semua ini. Saya cukup tahu diri. Rindu itu biarlah tersimpan di hati saja. Semoga teman-teman saya selalu bahagia.


0 comments: